Bismillahirrahmannirrahim..
Hm…, sekali lagi ‘cinta’ memperoleh tempat yang mulia dalam sebuah perjuangan dan menjadi sebuah amanah yang harus diposisikan dalam sebuah perjuangan itu.
Timbul sebuah pertanyaan, “Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki?”.
Hm…, sekali lagi ‘cinta’ memperoleh tempat yang mulia dalam sebuah perjuangan dan menjadi sebuah amanah yang harus diposisikan dalam sebuah perjuangan itu.
Timbul sebuah pertanyaan, “Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki?”.
Jatuh cinta bagi
aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta
adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah
naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti
ketundukan kepada sunnah Rosullulah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan jalan
meraih ridho Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketika aktivis dakwah
jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah
dan jihad fii sabilillah adalah yang utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut,
maka berkahlah perasaannya, berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud
dalam cinta tersebut. Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka
cinta menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi
dakwah. Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana.
Cinta memiliki 2 mata
pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi
lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg sengsara. Karenanya jatuh cinta
membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah
dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh cinta??? jangan sampai kita
lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan,
maupun perasaan adalah bagian dari deklarasi nilai diri sebagai generasi
dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu hal dari apapun pentas kehidupan
kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta.
Sekarang adalah saat
yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta diatas koridor yang bersih.
Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan
manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita
sadari kerusakan perilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah
tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena cinta
didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran. Dan tema tayangan pun
mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan,
sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan,
serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaanAllah, tidak pernah mendapat tempat
disana.
Sudah cukup banyak
pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita,
sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret keluarga yg baru dalam
masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak deklarasi cinta yang sudah
kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik asing dalam dakwah kita. Wajah, warna,
ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan misteri. Pertanyaan sederhana,
“Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang kamu cinta sama dia?”, dapat
kita jadikan indikator miskinnya kita mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah
ini.
Pernyataan“nikah dulu
baru pacaran”masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, “Bagaimana
caranya, emang bisa?”.
Sangat sulit bagi
masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama
karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan,diskusi dan interaksi umum,
sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut.
Inilah salah satu
alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru.
Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang
diberkahi karena taat kepada sang Penguasa dan Pemilik Jiwa. Cinta yang menjaga
diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat
Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan,
nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat,
rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih
dalam menjabarkan kepada masyarakat tentang cinta ini. Sehingga masyarakat
tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah. Biarkan mereka paham
tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang
akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika
ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah agenda
topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada
masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak gambaran besar
yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti
bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah hari ini.
Setiap kita yang mengaku
putra-putri Islam, setiap kita yg berjanji dalam kafilah dakwah, setiap kita
yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh cinta dipandang sebagai jalan
jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita tertinggi, syahid fi sabililah.
Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang menempatkan kita satu tahap lebih
maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan
Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas ruang dakwah kita. Dengan
perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan pembinaan.
Betapa Allah sangat
memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta itu mereka
berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong dalam
kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di atasnya.
Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak shaleh yang
memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret cinta yang
sakinah, mawaddah, warahmah. Jadi, sudah siapkah untuk jatuh cinta???.
Semoga menjadi renungan
kita bersama, bahwa cinta adalah sebuah sesuatu yang diberkahi oleh Allah bukan
hanya nafsu belaka yang hanya perlu dipenuhi saja, tetapi juga harus dibina,
diarahkan, sehingga menjadi sebuah keberkahan yang memberi manfaat positif.
Wallahua'lam bishawab,,
-Cinta bukan mengajar
kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita
menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan
semangat, tetapi membangkitkan semangat-
Salam ukhuwah.. ^_^